Sabtu, 04 Agustus 2012
Aparat Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darusalam
tengah menangani sebanyak 129 orang warga etnis muslim Rohingya, yang
ditemukan dalam sebuah perahu di perairan dekat Pelabuhan Krueng Raya.
Orang-orang dari Birma dilaporkan terkatung-katung beberapa hari di laut setelah mesin perahu kayu mereka macet.Orang-orang yang semuanya pria itu kini ditampung di salah satu terminal pelabuhan Krueng Raya di bawah pengawasan polisi.
Kombes Muhammad Zaini, Direktur Kepolisian Perairan Polda Aceh, mengatakan kepada BBC bahwa polisi telah melakukan pemeriksaan terhadap sebagian warga Rohingya tersebut.
''Mereka mengaku meninggalkan negaranya [Birma] dengan alasan mereka mereka menghindari tekanan ataupun kekerasan terhadap warga suku Rohingya ini,'' kata Zaini.
Orang-orang asing itu juga menyatakan mereka telah berada di laut selama 20 hari sebelum akhirnya diselamatkan oleh warga Aceh.
Ketika ditemukan, orang-orang Rohingya itu dalam keadaan sangat lemah dan kelelahan.
Tujuh orang harus menjalani perawatan, termasuk tiga yang harus menerima infus, untuk memulihkan kondisi kesehatan mereka
''Dalam perjalanan sekitar dua puluh hari, mereka kekurangan bahan makan dan kekurangan minum. Ada juga yang mengalami sakit,'' kata Zaini.
Warga setempat berinisiatif memberikan baju dan bantuan lain kepada mereka.
Tindak lanjut
Setelah menjalani pemeriksaan medis dan perawatan, mereka ditempatkan di salah satu terminal di pelabuhan Krueng Raya.Aparat kepolisian kini berkoordinasi dengan pemda setempat, aparat imigrasi, dan kementerian luar negeri untuk memutuskan penanganan mereka selanjutnya.
Menurut catatan Polda Aceh, aparat telah menangani lebih dari tiga kasus warga Rohingya terdampar dan ditolong nelayan Aceh naik ke darat.
''Mudah-mudahan kasus yang sekarang ini, 129 orang suku Rohingya, bisa cepat tuntas untuk ditindaklanjuti,'' kata Zaini.
Menurut Zaini, dalam peristiwa serupa sebelumnya, warga Rohingya kemudian dikembalikan negara asal atau dikirim ke negara ketiga yang bersedia menampung mereka.
Orang Rohingnya bermukim di negara bagian Rakhine di belahan utara Burma, tak jauh dari perbatasan dengan Bangladesh.
Dalam beberapa tahun terakhir, puluhan ribu warga etnis Rohingya berusaha mengungsi ke Bangladesh, Malaysia, dan kawasan Timur Tengah.
''Kami meninggalkan Myanmar (Burma), sebab kami diperlakukan secara kejam oleh militer. Musim di sana dibunuh dan disiksa,'' kata Nur Alam, 27 tahun, salah seorang warga Rohingya yang ikut dalam perahu yang ditarik ke Aceh hari Rabu, seperti dikutip kantor berita AFP.
Pemerintah Burma dituding tidak mengakui etnis muslim Rohingya sebagai warga negara mereka.
sesama manusia harus saling tolong menolong, karena manusia adlah makhluk soisal yang tak bisa hidup sendiri. tapi apa yang terjadi saat ini.
dakwatuna.com – Teknaf. Muslim Rohingya Myanmar yang tinggal di kamp pengungsi di Bangladesh meminta bantuan pada Aung San Suu Kyi. Mereka meminta Suu Kyi membantu mengakhiri penindasan yang mereka derita selama ini.
Wilayah Bangladesh yang berbatasan 200 kilometer dengan Myanmar adalah rumah bagi sekitar 300 ribu pengungsi Muslim Rohingya. Sepersepuluh dari mereka hidup dalam kondisi memprihatinkan di kamp bantuan PBB.
Seorang pejabat Myanmar mengatakan, kerusuhan antara umat Buddha lokal dan Muslim Rohingya di Rakhine menimbulkan banyak korban. Sekitar 49 orang tewas dan 41 lainnya terluka dalam lima hari kerusuhan antarkelompok tersebut.
“Kami memohon pada PBB, negara-negara asing, pemerintah Myanmar dan terutama Suu Kyi,” ujar Mohammad Islam, pemimpin pengungsi Rohingya di Kamp Nayapara, Teknaf, Bangladesh.
Ia menambahkan, hingga saat ini Suu Kyi tak melakukan atau mengatakan apa-apa untuk kami. Padahal orangtua kami termasuk yang melakukan kampanye untuknya pada pemilu 1990.
“Seperti kebanyakan orang Burma lain, ia juga diam tentang hak-hak Rohingya,” tambah dia.
Dalam kunjungan pertama Suu Kyi ke luar Myanmar, ia menemui ribuan pengungsi Myanmar di perbatasan Thailand. Ia berjanji membantu mereka kembali.
Islam mengatakan, Suu Kyi menyoroti nasib pengungsi Myanmar di Thailand yang kebanyakan orang Karen. Tapi Suu Kyi tak berbicara apa pun yang dapat menimbulkan harapan bagi Rohingya.
“Kami dengar hubungan pemerintah dan Suu Kyi telah diperbaiki. Akan ada reformasi di negara ini, tapi kami tak merasakan perubahan berarti untuk Rohingya,” kata Islam.
Muslim Rohingya telah lama diperlakukan buruk dan dianggap sebagai ‘orang asing’ oleh pemerintah Myanama. Para aktivis mengatakan, hal tersebut memupuk perpecahan dengan umat Buddha di negara bagian Rakhine. (Hazliansyah/Gita Amanda/AFP/ROL)
dakwatuna.com – Teknaf. Muslim Rohingya Myanmar yang tinggal di kamp pengungsi di Bangladesh meminta bantuan pada Aung San Suu Kyi. Mereka meminta Suu Kyi membantu mengakhiri penindasan yang mereka derita selama ini.
Wilayah Bangladesh yang berbatasan 200 kilometer dengan Myanmar adalah rumah bagi sekitar 300 ribu pengungsi Muslim Rohingya. Sepersepuluh dari mereka hidup dalam kondisi memprihatinkan di kamp bantuan PBB.
Seorang pejabat Myanmar mengatakan, kerusuhan antara umat Buddha lokal dan Muslim Rohingya di Rakhine menimbulkan banyak korban. Sekitar 49 orang tewas dan 41 lainnya terluka dalam lima hari kerusuhan antarkelompok tersebut.
“Kami memohon pada PBB, negara-negara asing, pemerintah Myanmar dan terutama Suu Kyi,” ujar Mohammad Islam, pemimpin pengungsi Rohingya di Kamp Nayapara, Teknaf, Bangladesh.
Ia menambahkan, hingga saat ini Suu Kyi tak melakukan atau mengatakan apa-apa untuk kami. Padahal orangtua kami termasuk yang melakukan kampanye untuknya pada pemilu 1990.
“Seperti kebanyakan orang Burma lain, ia juga diam tentang hak-hak Rohingya,” tambah dia.
Dalam kunjungan pertama Suu Kyi ke luar Myanmar, ia menemui ribuan pengungsi Myanmar di perbatasan Thailand. Ia berjanji membantu mereka kembali.
Islam mengatakan, Suu Kyi menyoroti nasib pengungsi Myanmar di Thailand yang kebanyakan orang Karen. Tapi Suu Kyi tak berbicara apa pun yang dapat menimbulkan harapan bagi Rohingya.
“Kami dengar hubungan pemerintah dan Suu Kyi telah diperbaiki. Akan ada reformasi di negara ini, tapi kami tak merasakan perubahan berarti untuk Rohingya,” kata Islam.
Muslim Rohingya telah lama diperlakukan buruk dan dianggap sebagai ‘orang asing’ oleh pemerintah Myanama. Para aktivis mengatakan, hal tersebut memupuk perpecahan dengan umat Buddha di negara bagian Rakhine. (Hazliansyah/Gita Amanda/AFP/ROL)

Seorang
wanita muslim Rohingya Myanmar berada dalam sebuah perahu bersama
bayinya dalam pelariannya ke Bangladesh untuk menghindari kekerasan
antara umat Buddha lokal dan Muslim Rohingya. Muslim Rohingya ini
dicegat oleh otoritas perbatasan Bangladesh. (AP Photo/ROL)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21806/palestina-galang-dukungan-untuk-muslim-rohingya/#ixzz22eL0A1nG
dakwatuna.com – Ribuan warga Palestina turun ke
jalan mengutuk perlakuan diskriminasi yang dialami muslim Rohingya
Myanmar. Demonstrasi itu diselenggarakan oleh Departemen Gaza Endowment
dan Yayasan Ulama Muslim Palestina.
Dalam aksinya, mereka meminta masyarakat internasional turut aktif menghentikan diskriminasi dan pembantaian terhadap Muslim Rohingya.
“Ini bukan hal yang baru bagi dunia tidak bertindak dan diam, sementara Muslim dibantai. Sedang bila ada pelanggaran kecil di tempat lain di dunia, negara-negara Barat langsung bereaksi atas nama demokrasi,” ungkap Salem Salameh dari Yayasan Ulama Muslim Palestina kepada Press TV.
Untuk itu ia meminta seluruh umat muslim di dunia bersatu untuk Muslim Rohingya.
“Kami meminta semua umat Islam seluruh dunia untuk bangun dan melangkah bersama ke depan untuk menghentikan pembantaian terhadap Muslim Rohingya,” tambahnya.
Menurut laporan terakhir, hampir 650 dari hampir satu juta Muslim Rohingya tewas selama bentrokan yang terjadi di wilayah barat Rakhine, Myanmar. Sementara 1200 lainnya hilang dan 90 ribu lebih terlantar.
PBB menggambarkan komunitas muslim Rohingya sebagai Palestina dari Asia dan salah satu kelompok minoritas paling teraniaya di dunia.
Pemerintah Myanmar sendiri tidak mengakui Muslim Rohingya dan menyebut mereka sebagai imigran ilegal meski mereka telah tinggal di negara itu selama beberapa generasi. (Hazliansyah/Press TV/ROL)
Dalam aksinya, mereka meminta masyarakat internasional turut aktif menghentikan diskriminasi dan pembantaian terhadap Muslim Rohingya.
“Ini bukan hal yang baru bagi dunia tidak bertindak dan diam, sementara Muslim dibantai. Sedang bila ada pelanggaran kecil di tempat lain di dunia, negara-negara Barat langsung bereaksi atas nama demokrasi,” ungkap Salem Salameh dari Yayasan Ulama Muslim Palestina kepada Press TV.
Untuk itu ia meminta seluruh umat muslim di dunia bersatu untuk Muslim Rohingya.
“Kami meminta semua umat Islam seluruh dunia untuk bangun dan melangkah bersama ke depan untuk menghentikan pembantaian terhadap Muslim Rohingya,” tambahnya.
Menurut laporan terakhir, hampir 650 dari hampir satu juta Muslim Rohingya tewas selama bentrokan yang terjadi di wilayah barat Rakhine, Myanmar. Sementara 1200 lainnya hilang dan 90 ribu lebih terlantar.
PBB menggambarkan komunitas muslim Rohingya sebagai Palestina dari Asia dan salah satu kelompok minoritas paling teraniaya di dunia.
Pemerintah Myanmar sendiri tidak mengakui Muslim Rohingya dan menyebut mereka sebagai imigran ilegal meski mereka telah tinggal di negara itu selama beberapa generasi. (Hazliansyah/Press TV/ROL)
Rohingya,burma. lihatlah gambar tersebut, sanggupkah kau lihat gambar tersebut dalam waktu lima menit. mampukah kalian membayangkan rasa sakit orang yang ada dalam foto tersebut.perbuatan siapakah ini? di mana nurani manusia, inikah dunia? inikah dunia ?apakah ini perbuatan manusia?
beribu pertanyaan datang dalam benak ku. siapakah gerangan mereka? bagaimana mungkin mereka bisa dengan tenangnya melakukan ini ?apakah semua ini ulah manusia?.
tak terbayangkan jika ini semua adalah ulah manusia. dan fakta pun berkata bahwa ini semua adalah ulah manusia. air mata tak sanggup lagi terbendung, menetes begitu deras bersama lantunan doaku kepada para korban penyiksaan kepada kaum muslimin di rohingya burma.
manusiakah mereka? ku rasa bukan, mereka adalah anjing. ANJING.ANJING SIALAN...
anjing tak manapun tak ada yang punya nurani. hanya manusia yang terlahir dengan nurani.
biarkanlah para anjing itu tertawa lepas di atas muka bumi ini. karena di sisi lain, di tempat yang begitu indah di sisiNya mereka tak kan sanggup lagi tertawa ataupun menangis lagi.
ALLAH, SAVE OUR BROTHER IN BURMA...AMINNN...
beribu pertanyaan datang dalam benak ku. siapakah gerangan mereka? bagaimana mungkin mereka bisa dengan tenangnya melakukan ini ?apakah semua ini ulah manusia?.
tak terbayangkan jika ini semua adalah ulah manusia. dan fakta pun berkata bahwa ini semua adalah ulah manusia. air mata tak sanggup lagi terbendung, menetes begitu deras bersama lantunan doaku kepada para korban penyiksaan kepada kaum muslimin di rohingya burma.
manusiakah mereka? ku rasa bukan, mereka adalah anjing. ANJING.ANJING SIALAN...
anjing tak manapun tak ada yang punya nurani. hanya manusia yang terlahir dengan nurani.
biarkanlah para anjing itu tertawa lepas di atas muka bumi ini. karena di sisi lain, di tempat yang begitu indah di sisiNya mereka tak kan sanggup lagi tertawa ataupun menangis lagi.
ALLAH, SAVE OUR BROTHER IN BURMA...AMINNN...
dakwatuna.com – Jakarta. Sedikitnya 1 miliar rupiah
telah disiapkan oleh tiga lembaga kemanusiaan yaitu Dompet Dhuafa, PKPU,
dan Rumah Zakat untuk membantu muslim Rohingya. Ketiga lembaga tersebut
turut mengirimkan tim kemanusiaan dan tenaga medis ke kamp pengungsian
Chitagong, Bangladesh.
“Dana sebesar 1 miliar rupiah untuk Rohingya berasal dari masyarakat yang merespon kondisi saudara kita umat muslim Rohingya. Semoga bantuan akan terus bertambah dan berlanjut untuk membantu muslim Rohingya. Bantuan tersebut salah satunya berupa bantuan kesehatan,” ujar Chief Executive Officer Rumah Zakat Nur Efendi di Warung Daun, Jakarta, Kamis (2/8/2012).
Efendi mengungkapkan bahwa bantuan pada korban Rohingya pada nantinya tidak hanya dalam bentuk menyerahkan bantuan saja. Tiga lembaga tersebut juga kompak untuk mengirimkan tim khusus berupa tenaga medis dalam upaya membantu korban. Tim tersebut akan diberangkatkan pada Sabtu (4/8/2012) besok. Tim yang pertama diberangkatkan akan berangkat lewat jalur Bangladesh karena alasan keamanan.
“Insya Allah jika tidak ada halangan tim akan diberangkatkan Sabtu pekan ini. Tim akan dikirimkan ke Bashar di daerah Chitagong Bangladesh,” tambah Direktur Program Dompet Dhuafa Muhammad Thoriq.
Tim yang diberangkatkan tersebut, menurutnya, adalah tim pembuka bagi kemungkinan tim selanjutnya yang langsung ditujukan ke dalam wilayah Myanmar. Tim pembuka tersebut akan membantu untuk rehabilitasi korban Rohingya.
Tahapan rehabilitasi korban Rohingya pada intinya adalah kerja sosial dalam wujud kesehatan, pendidikan dan penyediaan sanitasi bersih untuk muslim Rohingya. Tim selanjutnya yang dikirimkan ke Myanmar masih menunggu simpati masyarakat Indonesia untuk Rohingya. Kemungkinan besar tim kedua akan diberangkatkan satu hingga tiga bulan mendatang mendatang. (Ana Shofiana Syatiri/KCM)
“Dana sebesar 1 miliar rupiah untuk Rohingya berasal dari masyarakat yang merespon kondisi saudara kita umat muslim Rohingya. Semoga bantuan akan terus bertambah dan berlanjut untuk membantu muslim Rohingya. Bantuan tersebut salah satunya berupa bantuan kesehatan,” ujar Chief Executive Officer Rumah Zakat Nur Efendi di Warung Daun, Jakarta, Kamis (2/8/2012).
Efendi mengungkapkan bahwa bantuan pada korban Rohingya pada nantinya tidak hanya dalam bentuk menyerahkan bantuan saja. Tiga lembaga tersebut juga kompak untuk mengirimkan tim khusus berupa tenaga medis dalam upaya membantu korban. Tim tersebut akan diberangkatkan pada Sabtu (4/8/2012) besok. Tim yang pertama diberangkatkan akan berangkat lewat jalur Bangladesh karena alasan keamanan.
“Insya Allah jika tidak ada halangan tim akan diberangkatkan Sabtu pekan ini. Tim akan dikirimkan ke Bashar di daerah Chitagong Bangladesh,” tambah Direktur Program Dompet Dhuafa Muhammad Thoriq.
Tim yang diberangkatkan tersebut, menurutnya, adalah tim pembuka bagi kemungkinan tim selanjutnya yang langsung ditujukan ke dalam wilayah Myanmar. Tim pembuka tersebut akan membantu untuk rehabilitasi korban Rohingya.
Tahapan rehabilitasi korban Rohingya pada intinya adalah kerja sosial dalam wujud kesehatan, pendidikan dan penyediaan sanitasi bersih untuk muslim Rohingya. Tim selanjutnya yang dikirimkan ke Myanmar masih menunggu simpati masyarakat Indonesia untuk Rohingya. Kemungkinan besar tim kedua akan diberangkatkan satu hingga tiga bulan mendatang mendatang. (Ana Shofiana Syatiri/KCM)
Warga Muslim Burma di negara bagian Rakhine kembali
mengalami serangan dan penangkapan semena-mena beberapa minggu sesudah
kerusuhan antar masyarakat, demikian laporan Amnesty International.
Status situasi darurat diberlakukan di Rakhine bulan Juni setelah terjadi bentrok antara warga Budha dan Muslim.Amnesty menuduh pasukan keamanan Burma, dan juga warga Buddha Rakhine melakukan penyerangan dan pembunuhan terhadap warga Muslim dan pengrusakan harta benda mereka.
''Kaum minoritas Rohingya menjadi sasaran utama ketika kerusuhan terjadi dan terus mengalami pelanggaran, dan kali ini dilakukan pasukan keamanan,'' kata peneliti Amnesty, Benjamin Zawacki kepada BBC.
Chris Lewa, Direktur Arakan Project, yang khusus membantu keberadaan suku Rohingya mengatakan bahwa ratusan warga Rohingya Muslim telah ditangkap dengan di antaranya diduga telah dipukuli dan bahkan disiksa.
''Setelah kerusuhan... perlahan muncul fase baru pelanggaran yang bisa dikatakan direstui pemerintah, terutama di Maung Daw,'' kata Lewa kepada BBC.
Berbagai laporan menyebutkan sikap pemerintah membiarkan remaja Rakhine untuk ikut memukuli orang Rohingya yang ditahan. Aparatur berwenang bahkan ikut menjarah rumah, toko maupun harta milik warga Rohingnya.
Awal mula kerusuhan
Arakan Project juga menyebut adanya sejumlah orang Rakhine yang ditangkap terutama karena membawa senjata.Sangat sulit untuk memverifikasi berbagai informasi yang beredar karena wartawan tidak diperbolehkan masuk kekawasan.
Pemerintah Burma menyebut tuduhan itu bias dan tidak berdasar.

Warga Rohingya yang ditahan diduga banyak yang disiksa.
Keadaan menjadi tak terkendali ketika warga Muslim membalas dendam dengan menyerang rumah warga Buddha. Kalangan Buddha ganti melakukan hal yang sama. Saling serang itu memaksa orang untuk mengungsi dan menewaskan banyak orang.
Keadaan tak terbantu ketika Presiden Thein Sein awal bulan ini mengatakan jalan keluar untuk warga Rohingya adalah deportasi atau dikirim ke kamp pengungsian.
Langganan:
Komentar (Atom)